Tentang Bacaan Buku Umum: Sebuah Cerita dan Renungan

Berapa bulan yang lalu, aku baru membaca buku- yang gak perlu aku sebut di sini. Dari situ, banyak hal di kehidupan yang rasanya jadi pingin aku catat. Karena ada hal-hal yang sifatnya fenomena sosial budaya yang mungkin hanya berlaku di masa itu dan kemudian tinggal sejarah karena perkembangan zaman.

Fenomena sosial budaya ini mungkin dianggap aneh oleh generasi selanjutnya. Gak terbayangkan ada hal yang bahkan sifatnya wajib atau dianggap aib di suatu masa. Sebaliknya, ada juga mungkin hal yang seperti biasa-biasa saja padahal sebenarnya banyak catatan jika dilihat dari kacamata “kenormalan” perilaku manusia atau masyarakat pada umumnya.

Jadi, kalau aku mencatat hal-hal yang gak kaya biasanya, itu sebenarnya ya karena pingin mencatat aja. Bukan mau bahas satu sosok tertentu insya Allah. Jadi gak usah dipikir-pikir atau dicari tahu lagi bahas siapa. Karena catatannya adalah fenomena sosial budayanya.

Tentang Buku Umum

Aku hampir gak pernah share buku umum yang aku atau kami baca di rumah. Sebabnya macem-macem sebenarnya. Salah satunya karena kadang pandangan orang -yang sudah ngaji- terhadap buku umum (atau bahkan novel) kadang-kadang kaya jadi antipati. Antipatinya sebenarnya juga macem-macem sebabnya. Jadi, terlalu kompleks dan melelahkan kalau harus dijelasin padahal tolak ukur masing-masing beda-beda.

Aku pernah punya satu pengalaman tentang ini. Kejadiannya masih sering muncul di percakapan aku dan Abang. Kejadian bullying Ziyad di TK-nya dulu semacam ada memori tersendiri -yang kurang menyenangkan- baik untuk Ziyad maupun untuk aku dan Abang.

Sebelumnya, mungkin kita perlu tahu realita bahwa lembaga pendidikan yang masih rintisan seringkali merekrut tenaga pekerja yang latar belakangnya bukan khusus dari pendidikan yang sesuai. Dari sinilah kejadian ini berlanjut..

Mungkin kali ini aku perlu menyebutkan latar belakang aku. Aku lulus dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Di fakultas ini, ada beberapa jurusan yang tentu saja semuanya berkaitan dengan pendidikan. Misalnya jurusak PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak), PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar), Pendidikan Luar Biasa (pendidikan untuk pendidik di sekolah berkebutuhan khusus), Bimbingan Konseling dan aku sendiri Teknologi Pendidikan. Semua level dan hal terkait pendidikan ada bidangnya dan spesialisasinya tersendiri. Praktek di dunia pendidikan, ada hal-hal yang bisa saling terkait antar jurusan, apalagi teknologi pendidikan; jurusan yang bahkan bisa berkaitan dengan banyak bidang. Di fakultasku ini jugalah, dibuka program untuk jalur pendidikan dari luar fakultas yang ingin mendapatkan akta mengajar. Karena teknik kepengajaran di kelas ada ilmunya tersendiri. Alhamdulillah, di jurusan teknologi pendidikan, selain ijazah s1, aku juga mendapatkan akta mengajar.

[Aku baru tahu kalau sekarang ini, fakultasku sudah berubah menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi. Yang berarti ada jurusan psikologi. ]

[Hal-hal terkait akta mengajar mungkin sekarang sudah berubah atau hanya berganti nama dan sistem. Fokus tulisan di sini bukan tentang itu jadi aku gak panjang lebarkan tentang ini]

Hal-hal yang terkait anak didik dan pendidikan tentu menjadi hal yang menarik dan memang jadi bahasan sehari-hari. Ada buku-buku yang walaupun bukan buku kuliah jadi bacaan umum di kalangan mahasiswa karena sangat berkaitan dengan dunia pendidikan.

Waktu melihat bahwa guru-guru bahkan kepala sekolah di TK Ziyad pada saat itu kurang memahami bahasan tentang karakteristik peserta didik yang gak bisa diseragamkan semuanya, aku memberi saran dan menawarkan meminjamkan ke wali kelas Ziyad untuk membaca satu buku yang cukup ringan dan bisa banyak diambil pelajaran, yaitu buku Toto Chan, Gadis Cilik di Jendela.

Sebentar, disclaimer dulu. Karena dulu tulisanku di blog aku – iya tulisan aku di blog aku- pernah dipermasalahkan oleh pihak terkait, jadi aku mau sebut disclaimer dulu. Ini kejadian udah 12 tahun yang lalu, jadi kalau ada pembaca di sini yang merasa jadi sosok yang aku ceritakan di sini, insya Allah gak ada yang tahu siapa sosok itu yaa. Aku juga udah gak inget -dan gak mau nginget- nama asli kepala sekolah dan nama wali kelas Ziyad dulu siapa. Cuma inget perlakuan dan sikapnya aja :).

Buku Toto Chan ini, sebagaimana buku umum lainnya, perlu penyaringan dalam membacanya. Apalagi disusun oleh orang Jepang. Tentu ada hal-hal yang harus difilter yang memang jelas tidak sesuai dengan syariat, seperti di bab tentang penggunaan musik. Tapi ada hal dan pesan lain yang aku ingin guru -terutama wali kelas Ziyad- dapat pelajaran dari kisah nyata di buku ini.

Buku ini menceritakan tentang kisah nyata penulis saat ia masih sekolah di TK. Ia dianggap aneh karena tidak seperti anak lainnya. Dia anak yang gak bisa diem. Sama seperti Ziyad dulu yang dianggap aneh karena gak bisa diem di kelas. Yang menyedihkan, tingkah laku Ziyad yang dianggap tidak biasa itu dianggap oleh guru-gurunya karena sebelumnya dia menjalankan kegiatan homeschooling bersama aku. Saad…menyedihkan banget kalau lagi bahas tentang ini hehe.

Oh ya, pada saat itu, gak tau apakah guru-guru tersebut tau latar belakang pendidikanku. Tapi aku juga gak merasa perlu memberitahu latar belakang pendidikanku. Saranku sengaja dari celah “umum dan mudah” yang sekiranya para guru bisa menangkap dari sudut pandang “inspirasi” karena benar-benar cerita di buku itu adalah dunia taman kanak-kanak.

Apakah saranku diterima?

Nooo…saranku jelas-jelas ditolak. Aku bisa dibilang dianggap salah karena menyarankan buku yang tidak layak untuk dibaca. Bukunya ngga nyunnah banget.

Begitulah…

:’). Aku baru bisa cerita sedikit lebih detil sekarang karena kejadiannya sudah berlalu 12 tahun yang lalu. Alhamdulillah Ziyad cuma satu semester di sana.

Ini juga buku tulisan dari penulis Toto Chan tapi kisah di sini adalah kisah kunjungan beliau ke daerah-daerah perang. Review lebih lengkap di Review buku Toto Chan’s Children.

Padahal ilmu itu luas banget ya. Bahkan ketika sekarang aku memperdalam bahasa Arab, aku makin paham dengan kalimat bahwa ketika seseorang makin mendalami ilmu tertentu makin bisa lebih memahami dan tenang terhadap suatu perbedaan atau permasalahan.

Saat mempelajari ilmu bahasa Arab itu sendiri, aku mempelajari syair-syair jahili yang kalau dibaca isinya, orang yang cuma lihat dari luar bakal bisa cepat komentar, “Ngapain toh baca itu?” Hehehe. Belum lagi syair-syair yang isinya tentang kemelowan karena patah hati dan percintaan. Tapi itulah…ada hal-hal yang perlu dipelajari di situ. Bahkan pelajaran yang didapat bisa dalam dan dari berbagai sisi ilmu bahasa Arab itu sendiri.

Aku pernah share buku ini di instagram. Ini salah satu buku umum novel yang pernah aku share. Yang lainnya gak aku share ya karena memang pada dasarnya aku pun harus hati-hati ketika menshare khawatir kemudian ada yang membaca tapi belum bisa memfilter isi buku yang umum

Begitupun tentang pendidikan. Begitupun tentang rasa bahasa kepenulisan. Begitupun haal lain-lain yang kita gak bisa terus saklek “Maunya yang sesuai sunnah, titik!”

Ini bukan berarti kita gak hati-hati. Kita harus hati-hati. Makanya harus terus berdoa, “Ya muqolibal quluub, tsabit qolbii ‘alaa dinik.” Kemudian juga terus belajar dan membentengi diri dengan banyak belajar ilmu Islam yang sesuai yang diajarkan Rasulullah ď·ş dan saat memilih buku yang dibaca, punya batasan semisal utamakan yang gak memberi syubhat terutama di akidah.

cizkah
Jogja, 25 Oktober 2024

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

Leave a Reply