Kabar Sedih dari Kakak

Aku beberapa kali cerita tentang kakak pertamaku yang tinggal di Belanda. Hari Jumat ba’da Subuh, aku baca pesan yang sangat mengejutkan. Perasaan dan pikiran langsung gak enak banget.

Sebenarnya tadinya aku udah semangat mau nyelesein bahasan stationary yang niatnya diselipin bahasan Al-Qur’an dulu. Karena udah hari Jumat biasanya agak lebih lowong insya Allah.

Semuanya buyar.

Di dalam pikiran dan perasaanku, aku ikut sedih banget, tapi juga sedihnya nambah karena jauh banget dan gak bisa berbuat apapun selain doa.

Dulu sekali, pas masih kuliah, aku juga pernah dapat kabar mengejutkan tentang kakak pertamaku ini. Waktu itu aku lagi KKN. Di tempat KKN, sepanjang hari itu aku nangis dan nangis.

Sama seperti sekarang, aku juga waktu itu merasa gak berdaya. Mengkhawatirkan keadaan Mas yang gak bisa aku jangkau.

Aku gak bisa cerita detil apa hal yang menimpa Mas-ku ini. Aku ngerasa Mas-ku dikasih ujian yang luar biasa sama Allah yang aku gak sangka bisa menimpa keluarga kami yang apalah. Keluarga biasa-biasa aja. Gak macem-macem insya Allah.

Kejadian pertama, Mas-ku harus sabar dengan cobaan karena fitnah. Tapi yang merasakan berat dan susahnya bukan cuma Mas, tapi juga melibatkan Mama Papa. Waktu dengar kabar dari adikku, adikku cerita gimana Mama juga menangis. Aku bisa membayangkan menangisnya sangat keras karena cobaan itu benar-benar seperti gak mungkin terjadi. Sebuah fitnah yang sungguh jahat.

Karena kejadian yang cukup berat itu pulalah, Mas-ku sepertinya ga ingin tinggal lagi di Indonesia. Terlalu traumatis apalagi jika bertemu dengan teman-teman yang bisa jadi dialah yang membuat fitnah besar itu.

Di Belanda, dia menjadi pekerja seperti pada umumnya kita semua bekerja. Membentuk keluarga dengan keluarga keturunan Arab yang sudah lama tinggal dan memang warga negara Belanda. Memiliki dua anak perempuan yang sekarang baru memasuki usia SMA dan SMP.

Insya Allah dia sangat berusaha menjadi ayah dan suami yang baik. Alhamdulillah sejak kejadian yang pertama, Mas-ku udah berusaha sedikit-sedikit belajar dan menjalani Islam. Sudah mengenal dakwah salaf walau belum bisa menjalankan sepenuhnya. Terakhir Mas ke Indonesia waktu dengar Papa kondisinya makin parah. Mas Lyno belum ke Indonesia lagi sejak itu karena ada pandemi dan kondisi anak-anak yang makin besar dengan berbagai kesibukannya. Jadi aku udah 6 tahun gak ketemu.

Tapi tahun ini, Mas-ku happy banget. Setelah kurang lebih 18 tahun tinggal di sana, Mama dan adikku serta istrinya tahun ini bisa berkunjung ke Belanda. Mas seneng banget bisa ketemu Mama. Pas Mama balik ke Indonesia, semua yang berkaitan Mama di foto dan disend ke grup keluarga. Tempat Mama biasa duduk, tempat Mama sarapan. Handuk Mama bahkan gak dicuci biar masih bisa cium bau Mama. Mas insya Allah sangat berusaha juga jadi anak yang berbakti.

Waktu Mama pulang, aku bahkan dapat oleh-oleh french khimar dan sirwal dari Mas. Aku pikir itu oleh-oleh yang dibeli waktu Mas umroh (ini juga ada ceritanya karena berkaitan dengan Mama). Ternyata itu bukan dibeli pas umroh. Ketahuannya karena ada label di french khimar dan sirwalnya, bertuliskan made in French. Aku sendiri cukup heran karena ternyata Perancis yang di media-media ngelarang dan sungguh ketat dengan “jilbab” apalagi “cadar” bisa ada yang produksi ini. Masya Allah.

Balik lagi ke Mas. Yang tambah bikin sedih adalah aku gak bisa membayangkan kesedihan Mama kali ini. Mama yang udah umur 70 tahun. Aku aja yang saudaranya sedih dan sering muncul pikiran sedih ini di aktivitas harian, apalagi Mama, ibu-nya.

Tapi Mama belum tahu. Mas berpesan untuk gak cerita ke Mama.

Mas insya Allah ke Indonesia setelah lebaran ini untuk menceritakan musibah yang menimpanya. Sebenarnya sama. Mas sepertinya terkena fitnah. Mendengar voice note ketika membalas pesan dari Abang yang berusaha menguatkan, aku tahu Mas menahan tangis atau bahkan sudah menangis. Aku jadi tambah sedih.

Insya Allah kemungkinan pekan depan Mama bakal datang. Ini yang juga bikin aku berat karena pas juga bertepatan Mama pas lagi berkunjung ke tempat Mba yang di Surabaya yang memang biasanya dilanjutkan ke aku di Jogja. Rasanya berat karena harus menahan cerita ini.

Jadi bertepatan dengan kejadian ini, aku juga sedang menyiapkan hal-hal sebelum Mama datang. Penataan rumah dan lain-lain agar semuanya bisa lebih nyaman insya Allah. Karena Mama akan menempati kamar yang biasa aku pakai dengan Abang. Sepekan kemarin, anak-anak juga baru aja melalui ujian semester. Biasanya, kalau anak-anak ujian, jadwalku lebih padat lagi karena ada hal yang harus dilakukan –yaitu ujian itu sendiri-. Jadi ritme kegiatan gak seperti biasanya.

Ya Allah mudahkanlah urusan Mas-ku. Berilah pertolongan padanya. Kuatkanlah dia dan beri kesabaran yang berlimpah untuknya.

cizkah
9 Desember 2024

Semoga Dipertemukan di Surga

Bacaan yang bikin hati bergetar, apalagi kalau pahamin artinya.

Kembar lagi hafalin surat Ath-Thur. Awal-awal pas sampai ayat 21 agak macet dan mesti hati-hati bagian dzurriyatu sama dzurriyata….

Entah kenapa setiap lagi bimbing kengiang-ngiang sebuah nada bacaan. Aku mikir bacaan siapa ya?

Baca selengkapnya Semoga Dipertemukan di Surga

Gelar…

“Penghambaan terhadap gelar…”

Waktu dengar kalimat ini pertama kali, rasanya belum terlalu yakin bentuknya seperti apa. Tapi sepertinya dengan berbagai fenomena yang ada sekaarang, ini bisa dengan mudah ditemukan contohnya.

Kita mungkin cukup terheran-heran mendengar informasi bagaimana ada sosok yang belum diketahui secara jelas latar belakang pendidikannya atau kontribusinya di masyarakat atau kemanusiaan tiba-tiba saja mendapatkan gelar doktor honoris causa. Tak lama dari berita ini, kita kembali lagi dibuat heran karena ada seorang yang bisa menyelesaikan program doktoral hanya dalam waktu 1 tahun 8 bulan.

Kita yang mendengar dan melihat berita ini dari “kejauhan” mungkin menganggapnya sebagai berita layaknya berita lainnya. Hanya menjadi “informasi” ada kejadian semacam ini, kemudian berlalu begitu saja karena merasa itu gak berkaitan dengan kehidupan kita.

Tapi mungkin kita gak menyadari bahwa ada hal-hal yang lebih sederhana sebenarnya juga terjadi di sekitar kita. Bentuknya bahkan bisa jadi kita sendiri yang memberi “ruang” gelar itu.

Hmm…Gimana gimana?

Belum Bergelar

Gak usah jauh-jauh tentang yang bergelar. Ada yang bahkan belum ber”gelar” juga memanfaatkan sesuatu yang belum diraihnya dengan menempeli program studi yang sedang ditempuh.

“Mahasiswa Program Studi …. Universitas ….”

Pernah melihatnya?

Baca selengkapnya Gelar…

Hadiah yang Berkesan dari Ibu Pemulung Tua

Cerita ini adalah kejadian yang baru saja terjadi di bulan Oktober 2024 ini. Suatu malam, aku sedang keluar rumah bersama Abang. Biasanya sekali keluar kami sekalian menyelesaikan berbagai hal. Sampailah kami di apotek yang letaknya di depan Superindo. Abang memesan roti bakar langganan yang berjualan di depan apotek Aku masuk ke apotek membeli beberapa obat. Ketika keluar, aku keingat susu di rumah sepertinya udah abis juga. Mumpung sedang di depan Superindo, aku ajak Abang ke sana.

Ketika mau menyebrang, tiba-tiba seorang ibu tua berjilbab menyapa Abang. Abang menjawab dan beramah tamah. Sang ibu masih terus mengajak Abang bercakap-cakap. Kami tetap dalam posisi bersiap menyeberang, tapi juga menunda karena membiarkan sang ibu menyelesaikan omongannya. Aku yang masih belum tahu siapa sang ibu hanya memberi gesture senyum ramah tapi tidak ikut dalam percakapan.

Saat jalan kosong, Abang menyudahi pembicaraan dan kami menyebrang ke superindo. Setelah menyebrang, baru aku ketahui sang ibu adalah seorang pemulung. Kami tidak berlama-lama di Superindo karena berniat segera pulang. Ini karena sebelumnya kami sudah ke tempat lain, di antaranya ke Prima Fresh. Kami membeli stok ayam untuk sekitar 4 hari. Belanjaan itu kami masukkan di tas tertutup dan diletakkan di bagian depan motor Revo. Aku pikir, setelah dari Superindo, membayar roti bakar, kami bisa segera pulang. Ternyata yang terjadi kemudian benar-benar di luar rencana.

Sang ibu pemulung masih ada di sana, di dekat penjual roti bakar. Beliau mengajak Abang bercakap-cakap lagi karena Abang sedang membayar roti bakar. Sang ibu kemudian mulai bergerak ke arahku yang sedang menunggu di dekat motor. Abang sempat memberikan satu bungkus roti bakar yang kami pesan. Sang ibu menolak, katanya sudah dibikinkan sang penjual roti bakar. “Gpp Bu, insya Allah ini bisa tahan 2-3 hari,” kata Abang.

Sang ibu menghampiri dan menyalamiku. Kami berkenalan. Perawakan sang ibu lebih kecil dariku. Memakai jarik, kebaya sederhana dan sendal jepit. Semuanya lusuh. Karung wadah mengumpulkan barang bekas sepertinya diletakkan di dekat penjual roti bakar yang ternyata sudah dikenalnya sejak 8 tahun yang lalu. Dengan cepat, aku langsung bisa paham bahwa sang ibu tinggal di dekat rumahku. Memang tempat tinggal kami dekat dengan pengepul dan pengumpul sampah. Ada pemulung-pemulung yang tinggal di situ.

Aku pikir ini akan jadi obrolan singkat di pertemuan singkat yang biasa terjadi ketika ketemu seseorang di jalan. Perkiraan ku salah. Sang ibu terus mengajak bicara. Tentu saja aku juga berusaha menanggapi pembicaraan sang ibu. Tapi aku heran karena Abang seperti tidak menunjukkan tanda-tanda membatasi percakapan. Justru Abang menanggapi dan memancing pertanyaan baru.

Baca selengkapnya Hadiah yang Berkesan dari Ibu Pemulung Tua

Bias Kehidupan Dunia Maya

Hampir dua pekan gak muncul di instagram. Banyak hal yang jadi penyebab. Mungkin karena akumulasi dari banyak hal ini, bikin aku sampai di titik kehilangan keinginan dan kekuatan untuk memposting atau membahas apapun di sana. Ada momen-momen aku mau posting, tapi selalu urung, mikir dan akhirnya gak jadi.

Faktor yang cukup bikin jadi di titik yang melemahkan adalah kesimpulan bahwa betapa kehidupan di social media ini seperti punya tolok ukur sendiri yang berbeda dengan dunia nyata. Gak tau orang sadar apa engga tapi ini jadi satu fenomena yang umum.

Orang senang melihat kehidupan yang terlihat luar biasa, hebat dan sempurna dan juga suka melihat kehidupan yang santai, seru, liburan kemana-mana. Padahal hidup gak semudah dan seindah yang tampak di social media itu.

Orang menikmati dan mewajarkan sajian dari keluarga yang menjadikan “berbohong” sebagai sebuah bercandaan. Apa aku yang terlalu serius dan menganggap ini sudah masuk ke ranah sesuatu yang harusnya bukan dijadikan bercandaan? Tapi kenapa orang-orang menganggap ini lucu, wajar dan sebuah “usil” yang menggemaskan? Bagaimana serapan dari anak yang melihat orang tuanya iseng dengan bohong?

Yang di atas ini cuma dua contoh aja dari banyak hal. Mungkin bisa dimaklumi karena pada umumnya begitulah memang dunia yang dunawi. Tapi yang paling bikin kecewa sepertinya yang satu ini:

Orang bisa dianggap berilmu dengan mudahnya dan orang merasa senang karena dianggap sebagai sosok berilmu. Paradoks.

Aku jadi merasa tiba-tiba mengkerut. Seperti bola yang kena paku-paku yang sangat banyak. Jadi gak berdaya.

Baca selengkapnya Bias Kehidupan Dunia Maya

Tentang Bacaan Buku Umum: Sebuah Cerita dan Renungan

Berapa bulan yang lalu, aku baru membaca buku- yang gak perlu aku sebut di sini. Dari situ, banyak hal di kehidupan yang rasanya jadi pingin aku catat. Karena ada hal-hal yang sifatnya fenomena sosial budaya yang mungkin hanya berlaku di masa itu dan kemudian tinggal sejarah karena perkembangan zaman.

Fenomena sosial budaya ini mungkin dianggap aneh oleh generasi selanjutnya. Gak terbayangkan ada hal yang bahkan sifatnya wajib atau dianggap aib di suatu masa. Sebaliknya, ada juga mungkin hal yang seperti biasa-biasa saja padahal sebenarnya banyak catatan jika dilihat dari kacamata “kenormalan” perilaku manusia atau masyarakat pada umumnya.

Jadi, kalau aku mencatat hal-hal yang gak kaya biasanya, itu sebenarnya ya karena pingin mencatat aja. Bukan mau bahas satu sosok tertentu insya Allah. Jadi gak usah dipikir-pikir atau dicari tahu lagi bahas siapa. Karena catatannya adalah fenomena sosial budayanya.

Tentang Buku Umum

Aku hampir gak pernah share buku umum yang aku atau kami baca di rumah. Sebabnya macem-macem sebenarnya. Salah satunya karena kadang pandangan orang -yang sudah ngaji- terhadap buku umum (atau bahkan novel) kadang-kadang kaya jadi antipati. Antipatinya sebenarnya juga macem-macem sebabnya. Jadi, terlalu kompleks dan melelahkan kalau harus dijelasin padahal tolak ukur masing-masing beda-beda.

Aku pernah punya satu pengalaman tentang ini. Kejadiannya masih sering muncul di percakapan aku dan Abang. Kejadian bullying Ziyad di TK-nya dulu semacam ada memori tersendiri -yang kurang menyenangkan- baik untuk Ziyad maupun untuk aku dan Abang.

Sebelumnya, mungkin kita perlu tahu realita bahwa lembaga pendidikan yang masih rintisan seringkali merekrut tenaga pekerja yang latar belakangnya bukan khusus dari pendidikan yang sesuai. Dari sinilah kejadian ini berlanjut..

Baca selengkapnya Tentang Bacaan Buku Umum: Sebuah Cerita dan Renungan

Cerita ke Toko Buku

Kemarin Sabtu 19 Oktober 2024, kami ke toko buku. Kata kami di sini sebenarnya perlu didetailin lagi. Banyak hal yang mau aku ceritain termasuk tentang “kami” di sini.

Buat mutusin “berangkat” dan “jadi” ke toko buku itu sebenarnya macem-macem pertimbangannya. Termasuk masalah biaya. Alhamdulillah baru-baru ini mereka dapat hadiah THR yang tertunda dari seorang sahabat. Aku tawarin ke anak-anak uangnya buat beli buku aja.

Mereka yang udah mulai besar dan udah milih-milih buku sendiri udah tahu kisaran harga buku berapa. Rezeki yang baru mereka dapat jadi penguat buat menjalankan rencana ke toko buku yang dari kemarin belum terwujudkan.

Aku sama Abang kalau bikin rencana tuh gak mau yang terlalu saklek banget. Diniatin tapi sama-sama “kita lihat situasi”. Hehehe. Jadi, yang berencana secara waktunya aku sama Abang aja. Gak disampaikan ke anak-anak. Biar kalau gak jadi ya gak kecewa, kalau jadi ya alhamdulillah.

Alhamdulillah, abis sholat ashar, Abang nanya, “Jadi gak ke toko buku?” “Ya ayo.” Tiga sekawan -Luma dan kembar- langsung seneng dengernya.

Dua Motor

Ya Allah, ternyata mau cerita ke toko buku aja, ada hal-hal yang perlu diceritakan supaya dapat gambaran di baliknya. Begitulah…Dalam hidup banyak faktor yang berpengaruh ke aktivitas hidup lainnya. Ini padahal baru satu kegiatan yang harapannya dilakukan bersama-sama.

Di rumah ada 2 motor alhamdulillah. Satu motor tua yang usianya udah >20 tahun, motor Karisma milik mertua dan satu motor Revo yang…ah ini ada ceritanya sendiri juga.

Kemungkinan untuk momen kaya gini, formasinya aku bonceng salah satu dari kembar dan Thoriq sedangkan Abang bonceng Luma dan salah satu dari kembar.

Tapi kalau gitu kan baru 3 + 3 = 6. Sedangkan kami bertujuh. Jadi gimana? 🙂

Dua Anak Bujang

Sebenarnya, aku berharap Ziyad ikut. Sama seperti dulu-dulu. Lagian kan buat variasi kegiatan dia.

Memori ke toko buku Toga Mas Januari tahun 2019

Memori ke toko buku Toga Mas Juli 2019

Pernah sekali berhasil dia ikut, dan itu dia naik gojek. Tapi dia gak tergerak. Karena dulu kami pernah ke toko buku Toga Mas pakai sepeda – karena sebenarnya ini memang cukup dekat ± 3,5 km-, aku motivasi Ziyad untuk naik sepeda. Tapi udah ketebak kalau dia kurang tertarik.

Ini sebenarnya bukan berarti dia gak suka ke toko buku. Tapi kalau ke toko bukunya harus effort naik sepedanya itu yang dia kurang tertarik. Akhir Agustus kemarin, karena ada buku yang pingin aku beli, aku nitip ke dia untuk beli di toko buku. Dia ke sana naik motor bareng Thoriq. Di sana dia malah beli buku bagus buat dia sendiri pakai duit dia sendiri, judulnya Psychology of Money.

Bukan juga dia gak suka naik sepeda. Karena ada momen lain dimana dia mau susah payah naik sepeda untuk bisa olahraga di lapangan Pemda yang lokasinya lebih jauh dari toko buku. Kompleks yaaa hehehe. Gitu yah ngadepin anak yang udah gede dan udah punya pertimbangan sendiri.

Baca selengkapnya Cerita ke Toko Buku

Cerita Abang Ketemuan Ustadz Abdurrohim Setelah Sekian Tahun

Beberapa bulan lalu Abang seneng waktu dihubungi ust Abdurrohim via instagram. Waktu membalas Ust Abdurrohim, Abang memberi kabar perkembangan Ziyad sekarang.

Suatu siang di bulan Juli kemarin, Abang dihubungi ust Abdurrohim. Ternyata beliau lagi di Indonesia. Gak lama juga dihubungi ust Abdul Fatah paman dari ust Abdurrohim yang juga pernah ngajar Abang thifan. Ustadz Abdul Fatah ternyata sedang menemani ust Abdurrohim. Sebenarnya keduanya mau main ke rumah, tapi Abang bilang rumahnya gak kondusif. Pas tahu posisinya ternyata lagi main ke pondok dekat rumah, akhirnya direncanain sekalian aja ketemuan dan ngobrol di Cengkir sekalian ba’da ashar dengan Iqbal salah satu tim Yufid yang biasa mengkoordinir hal terkait syuting ustadz.

Pas makan siang di rumah, kami ngobrol-ngobrol dan aku bilang Thoriq juga sekalian ikut aja. Karena belum pernah ketemu ust Abdurrohim. Biar kenal dan tahu. Ziyad juga ikutan.

Pas ketemuan sore itu, Abang sempat minta Ziyad baca Al-Qur’an di depan ust Abdurrohim. Tapi Ziyadnya sungkan hehe. Mungkin karena pertemuan pertama jadi masih belum terbiasa atau juga karena waktu yang gak tepat.

Baca selengkapnya Cerita Abang Ketemuan Ustadz Abdurrohim Setelah Sekian Tahun

Mobil Dakwah

Alhamdulillah, Yufid punya mobil sejak tahun 2016. Belinya pakai uang donasi*.
Alhamdulillah, sampai saat ini hanya digunakan untuk keperluan produksi Yufid.
Ga boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau urusan pribadi seluruh tim.

Baca selengkapnya Mobil Dakwah

Sisi Kehidupan

Salah satu potongan lain yang ada di diskusi aku dan Abang saat membicarakan anak perempuan adalah kisah orang lain untuk dijadikan pelajaran. Kita melihatnya, orang-orang seperti tanpa masalah, seperti semuanya baik-baik saja. Tapi yang namanya kehidupan, ada sisi-sisi yang gak terlihat.

Aku teringat suatu cerita yang aku dengar dari seseorang. Cerita itu sebenarnya hanya selipan di antara obrolan sesama wanita. Cerita itu gak menyebut nama. Hanya menceritakan bahwa salah satu anak perempuan yang dia ajarkan, akhir-akhir itu sering menangis. Ketika diajak bicara, sang anak menceritakan kalau dia sedih dan gak ingin orang tuanya cerai. Dia takut banget orangtuanya bercerai. Ini berarti ada pembicaraan atau hal yang dia lihat dan dengar dari orang tuanya sampai bisa mengkhawatirkan hal tersebut. Walau masih kecil, anak bukan berarti gak paham apapun. Kesedihannya sampai terbawa ke waktu-waktu di luar rumah berarti sesuatu yang luar biasa yang sangat ia pikirkan.

Baca selengkapnya Sisi Kehidupan

Jawaban Sebenarnya

Masih inget tulisan aku kemarin waktu aku berpikir dan mempertanyakan, “Buat apa pakai cadar?” setelah hampir 20 tahun pakai cadar.

Di tulisan itu, Abang menjawab dengan, “Untuk dapat pahala” dan “Harus perbaharui niat setiap saat.”

Beberapa hari yang lalu, aku dapat jawaban yang lebih memantapkanku sekaligus bikin aku nangis banget. Hatiku rasanya bergetar sangat keras menahan campuran rasa yang muncul.

Kehidupan di Dunia Nyata

Aku mungkin terlihat cukup ceria di story-story atau cerita di feed instagram. Kenyataannya memang biasanya aku berbagi ketika hatiku sedang baik-baik saja insya Allah.

Momen banyak nangisnya, sedihnya, merenungnya tetap ada di dunia nyata. Ada beberapa yang aku ceritakan di sini, di blog ini. Karena aku menganggap blog ini seperti rumah dimana aku bisa bercerita, tanpa harus khawatir atau merasa ditonton oleh semua orang insya Allah. Karena gak semua orang mau baca tulisan panjang tanpa gambar apapun. Gak semua orang mau baca, cerita yang mungkin terlihat sepele tapi sebenarnya penting bagi aku.

Baca selengkapnya Jawaban Sebenarnya

Masih Kecil tapi Menyiksa Binatang

Baruu aja kemarin ngetik tentang pikiran atau kekhawatiran aku tentang sesuatu terjadi sama Shikaido (ini nama yang ngasih Luma, tapi aku seringnya sebut Skido karena aku lebih mudah melafalin). Ternyata sore ini dengar kabar tidak mengenakkan.

Sebenarnya, ceritanya ga mulai dari sini. Sebenarnya lagi, dari kemarin aku mau cerita tentang kembar dan Luma yang mulai bermain dengan anak-anak di kampung sini dengan lebih intensif. Biasanya ketika mereka main di sore hari, lebih ke mereka yang main bertiga dan kemudian sekadarnya aja bertemu sebentar-sebentar di antara anak-anak itu. Gak sampe intensif main bareng.

Insya Allah aku bahas di postingan lain. Semoga Allah mudahkan.

Di sini aku mau cerita khusus masalah ini karena beneran menyesakkan dada banget dan bikin waspada.

Alhamdulillah aku sempat cerita tentang kucing-kucing di rumah di postingan ini

Kalau dipikir-pikir, kenapa juga ya aku cerita tentang kucing. Tapi emang begitu, cerita tentang kucing itu bagian dari hal obrolan dan hal yang rutin muncul di kehidupan.

Kemarin, seharian Skido ga muncul. Aku udah langsung, “Kalau udah gak muncul gini biasanya mati.”

Masalahnya, yang bikin kepikiran adalah, mati kenapa? Karena dari kemarin baik-baik aja masih dikasih makan.

Baca selengkapnya Masih Kecil tapi Menyiksa Binatang

Pikiran yang Melompat-Lompat

Kemarin, seharian melelahkan buanget. Kurang tidur, tapi kalau ini kayanya emang dari kemarin juga gitu. Ya sebenarnya juga emang cape tiap hari juga hehe. Tapi kemarin itu lebih gak tenang karena ada amanah untuk kerjaan yang belum beres dan tentu saja belajar yang gak berhasil mencapai target dari kemarin.

Menjelang isya, aku sengaja rebahan di kasur anak-anak yang posisinya di depan meja Abang biasa kerja. Niatnya biar bisa ngilangin melayang ngantuk yang udah ditahan. Rencananya abis isya aku mau keluar bareng Abang supaya bisa nyelesein amanah kerjaannya bisa lebih kondusif.

Kalau di rumah biasanya aku diajak ngomoooong terus sama anak-anak hehe. Sampai-sampai udah hampir 6 bulan ini aku pindah laptop ke kamar walau dengan meja kecil. Biar pas mau konsen banget bisa tutup pintu. Tapi tetep, ada aja pokoknya selingan dan potongannya.

Baca selengkapnya Pikiran yang Melompat-Lompat

Buat Apa Pakai Cadar?

Akhir-akhir ini lagi banyak banget hal yang bikin merenung. Ada banyak hal yang seperti saling berdesakan di kepala dan butuh untuk diurai satu persatu. Seperti biasa, biasanya aku berusaha berkutat sendiri sebelum akhirnya melontarkan apa yang ada di pikiranku ke Abang.

Aku yang selama ini memakai cadar, entah kenapa -atau sebenarnya aku tahu kenapa- mempertanyakan kembali, “Kenapa aku pakai cadar?”

Syubhat apakah yang muncul saat ini kemudian aku mempertanyakan pertanyaan ini?

Baca selengkapnya Buat Apa Pakai Cadar?

Cerita Manik Montessori

Beberapa waktu yang lalu aku bikin akun untuk jual barang-barang di rumah yang sekiranya udah gak dipakai lagi tapi sebenarnya masih berharga insya Allah.

Selain itu ada juga benda-benda yang masih baru. Niat utamanya adalah:

  • melepas barang-barang di rumah,
  • menambah ruang,
  • mengurangi benda yang harus ditata,
  • dan juga ngurangin barang yang numpuk.

Salah satu yang juga niat dihabisin adalah Manik Montessori. Pas share jual Manik Montessori yang masih ada di rumah emang niat ngabisin. Jadi aku jual rugi banget. Dijual di bawah HPP (Harga Pokok Produksi).

Eh loh kok abis itu banyak banget yang pingin. Pas emang juga ada stok manik yang belum diolah. Ya udah, aku buka PO dengan pertimbangan jangan sampai aku nombok jadi dinaikinlah harganya.

Tapi memang dari awal udah niat gak akan produksi lagi, jadi ini ngabisin stok yang di rumah aja. Walau pada akhirnya aku tetap harus nambah-nambahin lagi maniknya dan yang paling bikin mikir adalah beli box-nya biar gak sampe kelebihan, karena harganya satu boxnya udah mahal juga. Jadi aku catat banget yang mau PO biar jangan sampai malah jadi numpuk lagi.

Nah, ini aku buka di sini karena ternyata pas PO yang terakhir ini ada beberapa yang cancel. Jadi aku share di sini siapa tahu ada yang mau pesan dari sini. Kemungkinan tinggal dikit lagi ya karena ini benaran udah niat yang terakhir. Kemarin emang niat ga mau produksi lagi karena ngurusin produk yang ini effortnya besar dan modalnya juga besar. Jadi aku ngerasa udah gak sanggup kalau terus produksi.

Kalau ada yang mau nyoba nyusun sendiri, aku udah lamaaa banget ngasih tutorialnya.

manik montessori cizkah
Warna yang didapat bisa bergeser sesuai stok yang ada ya. Misal hijaunya jadi lebih muda, atau pink lebih terang. Tapi tetap sesuai warna per angka insya Allah.

Sekalian aku mau simpan video pas anak-anak pakai Manik Montessori ini. Karena manik ini terutama untuk bantu anak-anak yang emang mereka butuh benda konkret buat menghitung.

Baca selengkapnya Cerita Manik Montessori

Anak Kembar Perempuan

Masih ada cerita ketika ke salon kemarin. Abang anter aku seperti biasa. Pakai motor ya ^^.

Waktu sampai di gapura jalan keluar dari kampung tempat kami tinggal, Abang sempat berhenti sejenak menunggu mobil dan motor yang lewat sebelum menyebrang.

Pandanganku tertuju ke seberang jalan dimana ada tempat penyucian mobil beserta warung lotek/gado-gado yang ada di depannya. Ada dua anak perempuan usia sekitar 8-9 tahunan sedang memainkan satu sepeda.

Aku bilang ke Abang, anaknya lucu-lucu masya Allah, berisi badannya. Mereka berdua sepertinya tau kalau aku memperhatikan dan juga sepertinya membicarakan aku hehe.

Namanya laki-laki yah, pandangannya agak kurang zoom out :D. Mungkin karena lagi mikir yang lain dan fokus ke jalan. Pas aku bilang gitu belum paham juga maksud anak yang aku maksud. Padahal Abang biasa juga beli ke warung lotek itu. Kedua anak perempuan itu akhirnya menggerakkan sepedanya bergerak dari area lapang tempat parkiran mobil ke area warung.

“Mana..mana?” kata Abang sambil menggerakan motornya menyebrang dan bergerak ke kanan jalan.

“Itu loh..” akhirnya aku harus nunjuk jelas ke arah kedua anak perempuan itu. Tapi aku berusaha sambil melengos aja nunjuk sebentar.

“Ih Abang tuh, kan masak aku harus nunjuk mereka. Kan mereka kayanya juga nyadar kalau aku lihatin dari tadi.”

Abang ketawa terus bilang kalau anaknya juga ketawa dan ngeliat ke arah kami berdua.

Kata Abang iya lucu, “Kembar itu.”

“Hah iya ya?”

“Iya, mirip banget kok.”

Terus aku inget-inget wajahnya iya kayanya mirip. Tapi yang satu emang dikuncir jadi gak terlalu nyata.

Kata Abang mirip Thoriq waktu kecil. Terus Abang bilang, makanya Luma pingin kalau punya adik pingin kembar perempuan terus mirip bang Thoriq.

Soalnya bang Thoriqnya sipit dan chubby banget terutama waktu kecil.

Terus aku tanya, “Abang mau gak kalau punya anak kembar lagi terus perempuan?”

Baca selengkapnya Anak Kembar Perempuan