Lulus dari saqu ibnu Mas’ud, Ziyad masih ada kesempatan libur sekitar 2,5 pekan sebelum masuk ke Hamalatul Qur’an insya Allah.
Yang lulus kelas 9 di Ibnu Mas’ud Yogyakarta (IMY) cuma Ziyad hehe. Teman lainnya yang dulu pernah hadir belajar bersama, punya cerita masing-masing sampai akhirnya mereka gak berada lagi di sana.
Jadi, bisa dibilang, teman-teman yang masih ada adalah yang usianya dan kelasnya di bawah Ziyad. Ada yang berharap bisa nyusul Ziyad ke Hamalatul Qur’an. Ada juga teman Ziyad yang malah baru masuk usia SMP tapi sudah menghafal 30 juz. Namanya Hafidz.
Hafidz ini, yang kemarin janjian main ke rumah (mainnya hari Selasa, tanggal 28 Juni 2022). Aku udah kenal juga dengan ibunya karena beberapa kali ketemuan. Termasuk di wisuda tahfidz bulan Maret lalu – yang belum aku catat di sini hehehe -.
Rumahnya jauh di Godean. Jadi, dia main ke sini diantar bapaknya yang ada pekerjaan di wilayah Palagan sini. Alhamdulillah, Thoriq juga udah kenalan. Karena Hafidz berarti akan jadi teman Thoriq insya Allah. Teman satu angkatan malah. Karena sama-sama masuk kelas 7. Cuma beda usia aja. Hafidz ini kelahiran 2009, sedangkan Thoriq kelahiran 2011.
Ketika wisuda, Hafidz termasuk yang paling banyak jawaban benarnya ketika ditest ustadz. Padahal dia kelihatan santai banget. Ziyad cerita udah muroja’ah sampai malam, Hafidznya udah tidur duluan. Malah dia yang banyak benarnya. Aku sama Abang sama-sama bilang, “Soalnya dia masih polos Ziyad. Belum banyak pikiran macem-macem.” Beda sama anak remaja yang udah banyak banget yang dipikirin :D.
Alhamdulillah sempat makan siang di rumah. Alhamdulillah aku udah masak sengaja dibanyakin sore sebelumnya dan memang masakan yang cocok dipanasin lagi (ayam bakar).
Masakan teri itu sebenarnya bisa sangat enak sekali. Tapi pengalaman tinggal di Jogja, ternyata ketika masak teri, belum tentu bisa menghasilkan masakan teri yang sesuai harapan. Biasanya karena kandungan garam yang sudah sangat berlebihan atau mungkin rasa lainnya (bahan kimia) yang terasa di teri.
Karena menikah dengan Abang yang berasal dari Jambi, masakan teri cukup kental ada di menu keluarga. Dari awal nikah, setiap dikunjungi, Mak Bapak (panggilan buat ibu bapak mertua aku) bisa dipastikan bawa teri.
Teri pulau dari Jambi. Khasnya kalau disana dibersihkan kepalanya dan dibelah untuk menghilangkan kotorannya.
Alhamdulillah dapat resep mudah dan enak; resep sambal teri terong. Resep ini dari akun instagram kumpulan resep masakan orang-oran di akun @idemasakgampang.
Beberapa waktu yang lalu, ada yang tanya via dm di instagram. Dengan segala aktifitas aku di rumah, refreshingnya gimana?
Jawabannya sederhanaya aja:
Keluar sejenak ke Indomaret, belanja sama anak-anak. Kalau dulu sebelum pandemi, sempat beberapa kali suka ke Kampung Jawa karena di sana ada taman luas. Jadi kami cuma duduk-duduk, ngopi, makan makanan rumahan yang disediakan secara prasmanan.
Mau cerita yang lain-lain. Tapi ternyata banyak hal yang terkait dengan TPA Ramadhan ini. Biar bisa fokus ketika cerita tiap bahasan, jadi aku mau cerita tentang TPA Ramadhan dulu.
Di Kampung kami ini, setiap Ramadhan, di masjid dekat rumah, diadakan TPA tiap sore. Semuanya senang karena anak bisa menghabiskan waktu di sore hari dengan kegiatan bermanfaat sambil menunggu waktu berbuka.
Di sana juga, jadinya semua anak di kampung ini benar-benar berkumpul. Lebih banyak dari hari-hari TPA di bulan lainnya.
Ada hal lain yang menarik buat mereka. Setiap pulang dari masjid, mereka akan mendapatkan kotak makan takjil untuk berbuka. Biasanya berisi nasi lauk pauk dan minuman.
Hampir gak pernah nge-go fo*d. Karena kami pernah nge-fo*d… Sekali 🙂
Waktu itu, seingat aku, masih awal-awal muncul go fo*d. Abang masih ragu-ragu dengan hukumnya. Dalam arti -ragu- di sini adalah Abang gak meyakini bolehnya secara syariat berdasar ilmu yang sudah Abang pelajari.
Ketika akhirnya merasakan order bakso lewat go fo*d, – yang itu pakai uang drivernya dulu -, semakin yakinlah Abang untuk gak menggunakan “fitur” ini di kehidupan kami.
“Gpp, biar Abang yang beli (makanan yang dimau) keluar. Insya Allah gak masalah.”
Alhamdulillah kemudahan dari Allah. Sampai hari ini, kembar ikut puasa Ramadhan. Full day langsung dari hari pertama.
Usia mereka sekarang 5,5 tahun.
Sebenarnya, keinginan mereka untuk puasa itu udah ada dari kemarin-kemarin. Karena hutang puasa aku lumayan banyak dan belum lunas, bulan Rajab aku mulai intensif ngejar menyelesaikan qodho puasa.
Setiap mereka tahu aku lagi puasa (bukan hanya ketika bulan Rajab kemarin), mereka juga pingin puasa. Aku bilang insya Allah nanti ya pas bulan Ramadhan. Aku pikir, insya Allah sepertinya mereka udah bisa diajarin pelan-pelan. Dalam arti, aku masih belum terlalu yakin. Alhamdulillah, Thoriq dan Luma juga mulai puasa full ketika mereka sudah usia 6 tahun.
Ketika sahur, biasanya masih ngantuk. Habis sahur, bakal main-main kaya biasa.
Hari Pertama
Waktu sahur hari pertama, karena sudah janji, aku bangunin mereka.
Ternyata mereka beneran mudah dibangunin karena sudah niat mau puasa itu. Padahal, mereka kan tidurnya malam banget. Alhamdulillah tetap cepat bangunnya, diajak pipis dan kumur-kumur dulu.
Sahur hari pertama itu masih gak terlalu yakin mereka bakal puasa beneran full apa engga. Yang penting aku penuhin janji untuk bangunin mereka sahur dan ngajak mereka puasa. Jadi, nyuapin dan nyuruh mereka minum ya masih yang santai.
Ternyata, besoknya, mereka beneran gak seperti kesulitan alhamdulillah. Paling mereka nanya dan ngomong ketika udah jam 5-an sore.
“Buka, Mi?” “Masih lama, Mi?”
Hehe, karena udah jam 5, jadinya malah tambah aku dorong untuk sabar, sebentar lagi dan seterusnya. Alhamdulillah, walau mereka gak TPA, mereka kan berdua udah kaya sahabatan. Jadi, ngabisin waktu tersisa itu gak kerasa karena udah asyik main berdua. Ini kemudahan dari Allah.
Asupan
Untuk anak-anak semisa Luma, Thoriq dan Kembar, aku beri VCO tiap sahur terutama ketika kemarin-kemarin masa corona. Kalau sekarang, Thoriq gak terlalu soalnya stok vconya juga udah tinggal dikit heheh. Belum beli lagi, jadi diutamakan untuk Luma dan kembar. Terutama bahkan Kholid yang ada kecenderungan batuk-batuk seperti Thoriq kalau kena dingin. Saat sahur segera dikasih VCO dan tolak angin anak. Alhamdulillah biasanya reda dan bisa tidur. Ketika bangun udah gak batuk lagi. Agak cemas kalau sudah batuk karena biasanya mesti macam-macam buat ngeredainnya.
Tahun ini, Abang agak kurang intensif bikin jamu homemade. Karena sudah lelah mengantar anak-anak bolak-balik ujian paket. Sedangkan aku memang biasanya gak handle bikin jamu karena masih ada tanggung jawab lainnya. Intinya sih, aku gak biasa bikin jamu hehe. Itu seperti jadi pembagian tugas yang tak terucap dan disadari masing-masing pihak :D.
Kemungkinan Abang gak bisa bikin jamu ini, jadi pembahasan kami sebelum puasa. Akhirnya alternatifnya, Abang beli ekstrak kunyit dan jahe merah. Ekstrak kunyit ketika diseduh rasanya lebih ke rasa temulawak dan kekurangannya serbuknya agak kurang nyaman untuk anak-anak. Jadinya, gak sering bikin untuk mereka.
Jadinya lebih ke vitamin anak-anak aja yang diminum ketika malam (bukan ketika sahur). Kadang-kadang juga kami beli Kiranti.
Hafalan di Sore Hari
Kalau sudah sore dan aku sedang masak, kakak-kakaknya sudah berangkat TPA, aku malah ajak mereka hafalan supaya mereka gak merasakan waktu berjalan panjang.
Alhamdulillah mereka juga mau dan gak kelihatan lemas atau gimana.
Kadang-kadang aja mereka goda-godain aku dan ngomong, “Buka, Mi?” beberapa kali.
Aku malah jawab, “Ummi gak mau maksa. Kalau kalian mau buka ya gpp. Nanti kalian rasain gimana rasanya buka di tengah jalan. ”
Jadinya malah mereka cengar-cengir ketawa dan ya gak mau buka. Nerusin main mereka.
Mereka belum ikut TPA. Karena untuk usia mereka, memang kami gak melepas anak main atau beraktifitas sendirian di luar rumah tanpa pengawasan.
Walaupun ada Ziyad, Thoriq dan Luma, tetap aja bukan yang akan bisa mengawasi sebagaimana layaknya seorang ibu :).
Jadi, kalaupun mereka sesekali aku ajak ke TPA seperti kakak-kakaknya dulu, ya sekedar cuma mampir dan menengok aja. Bukan untuk beraktifitas sebagai santri TPA hehe. Karena mereka alhamdulillah juga udah belajar di rumah. Jadi lebih untuk selingan kegiatan mereka aja.
Selama 17 hari puasa, baru sekali mereka berhasil aku ajak ke TPA. Itu juga karena mereka minta. Kalau Handzolah pernah dengan bang Hen. Kholid gak mau keluar kalau bukan sama aku.
Kenapa gak bisa sering-sering. Karena aku biasanya masih masak dan berakifitas di rumah. Plus juga nunggu momen yang tepat. Gak mungkin kan ninggalin Abang di rumah sama H (yang bantu di rumah). Pilihannya, nyuruh H pulang lebih cepat, atau Abang ikut juga ke TPA hehehhe. Begitulah salah satu perjuangan aku untuk keluar dengan kembar.
Tapi alhamdulillah mereka juga gak pernah yang maksa-maksa atau merengek untuk ikut terus ke TPA. Karena insya Allah di rumah juga tetap bisa beraktifitas menyenangkan.
Hadiah?
Untuk hadiah puasa, dari dulu aku gak bilang ke anak-anak, “Kalau kalian puasa full, kalian akan dapat begini dan begitu.”
Gak seperti itu. Karena itu seperti jadi prasyarat. Jadi lebih ke kalimat lepas aja semisal, “Insya Allah nanti beli hadiah ya buat kalian. Nanti boleh dibuka pas lebaran insya Allah ya.”
Itupun setelah proses berjalan dan melihat prosesnya mereka. Bukan diomongi dari awal. Malah khawatir menganggu fitrah keinginan beribadah yang sudah muncul dari mereka.
Gak pernah juga kasih hadiah uang sesuai mereka full day atau half day puasanya. Alhamduilllah, Allah beri petunjuk untuk ikut berpuasa ke anak-anak tanpa perlu diiming-imingi ini. Benar-benar smooth tanpa tangisan atau rengekan karena memang keinginan untuk ikut berpuasa dari mereka alhamdulillah.
Semuanya karunia dari Allah.
Bisa ngebayangin aku bangunin 5 anak tiap sahur? ^^
Alhamdulillah, udah bertahun-tahun ga pernah beli sirup lagi karena bikin air gula sendiri. Karena sebenarnya yang dibutuhkan adalah tambahan rasa manis ini di olahan kita.
Masak ini, biasanya ketika pingin, atau ketika kondisi lagi capek, lesu tapi juga gak pingin beli lauk di luar karena ngerasa masih sanggup masak cepat, atau kalau anak-anak sakit juga biar segar-segar tapi masih dapat kuahnya bening gak terlalu berminyak kaya soto ayam.
Kesimpulannya, resep ini super gampang insya Allah. Soalnya, sambil ayamnya direbus, kita bisa nyiapin bumbunya gak pakai buru-buru kejar tayang si ayam matang.
Kemarin, tanggal 11 April 2022, alhamdulillah akhirnya dapat momen tepat buat keluar rumah. Makanan buat buka udah selesai. Gak hujan. Bertepatan dengan Thoriq dan Luma yang ikut ke TPA yang diadain tiap sore selama bulan Ramadhan.
Jam 4-an aku bilang ke Abang, “Yuk, ke Progo sekarang. Bisa gak?”
Karena beberapa hari yang lalu, udah sempat ada kejadian yang menunjukkan aku tuh udah lama banget gak keluar yang sifatnya buat narik napas dari segala rutinitas, Abang tanpa ragu juga nge-iya-in.
Alhamdulillah, tahun ini, benar-benar menunjukkan akan berakhirnya pandemi. Kami yang udah melalui beberapa sakit yang mengarah ke kena si virus, juga insya Allah gak sestrict dulu 1,5 tahun awal pandemi berlangsung.
Alhamdulillah, sudah hari ke-10. Alhamdulillah, kembar ikut puasa full sejak hari pertama Masya Allah laa quwwata illa billah.
Cerita tentang mereka puasa insyaallah di blog yah.
Sebenarnya, kemarin-kemarin, kaya ga punya energi sama sekali buat nulis atau cerita apa pun.
Energi yang ada, memang aku fokusin dulu untuk di rumah. Kayanya, dari akhir Desember kemarin, ngomong gini terus hehe. Tapi ya emang mesti sabar dan sabar dan lebih sabar lagi.
Soalnya, ada 2 anak yang ujian paket di tahun yang sama. Pas ujian paket, pas bulan puasa.
Bawaannya cukup cemas. Tapi tetap berusaha tenang.
Alhamdulillah, ujian paket B Ziyad sudah terlalui. Abang sehat. Ziyad sehat.
Hari Jumat, dapat pesan di grup paket B dari Bu Tuti. Yang intinya, bersyukur karena sudah selesai ujian paket B-nya. Tinggal lagi ASPD.
…….
Aku baca kalimat itu langsung diam sejenak. Trus nyamperin Abang. Ngebacain kalimat dari Bu Tuti. Kita ketawa-ketawa meringis. Trus manggil Ziyad.
Ngasih tahu kalimat itu. Ziyad yang juga bawaannya dodol suka bercanda, ngadepin ada kemungkinan bakal ada ujan lagi (ujian ASPD) bulan Mei, malah langsung bereaksi kasih gesture lucu-lucu.
Ya udah, dijalanin aja semuanya kan. Minta kemudahan Allah.
Insyaallah pekan depan, Thoriq yang akan melalui ujian paket A. Semoga lancar semuanya. Sehat-sehat, Allah kuatkan dan mudahkan selama proses ujian. Aamiin
—
Kemeja hijau dipakai Kholid dulu punya Ziyad.
Kemeja biru dipakai Handzolah, dulunya punya Thoriq :).
Ini lagi pergi sebentar ke Progo di dekat rumah kemarin. Ada cerita tentang ini, alhamdulillah sudah aku tulis di blog ☺️.
Alhamdulillah sudah beberapa kali bikin roti boy di rumah. Sebenarnya, kalau topping ini sudah dibuat bukan di waktu yang sama, insya Allah proses pembuatan roti selanjutnya bisa lebih mudah.