Sebenarnya, udah lama aku mau cerita tentang salah satu khasiat kencur selain obat batuk.
Udah ngetik juga sebagian kisah mendebarkan di akhir Desember 2020. Dimana Corona benar-benar masih sangat menyeramkan dan ke rumah sakit jadi hal yang hampir mustahil.
Saat itu, anak-anak – terutama Handzolah -, sakit diare parah gara-gara salah dikasih suatu makanan oleh yang bantu di rumah.
Nyoba berbagai macam obat alami, ga ada yang ngaruh. Sampai terakhir, lihat di buku Abu Muhammad, resep yang belum aku coba jalanin dan ada bahannya di rumah adalah kencur.
Alhamdulillah, biidznillah, setelah diminumin air perasan kencur, Handzolah benar-benar langsung berhenti bolak-balik diare air. Legaaa banget.
Aku cerita sekarang, mengingat sepertinya benar-benar lagi merata orang-orang yang sakit dengan ciri yang sama – iykwim.
Bahkan dua hari yang lalu, aku dan krucil juga baru aja demam tinggi, badan ngilu-ngilu, sakit tenggorokan.
Efek lain dari demam tinggi ini, terutama ke anak-anak kalau ga ke muntah atau ke mencret air. Perut jadi ga nyaman dan kalau pup, keluarnya banyak angin air.
Malam saat demam tinggi, jam 2 pagi, Handzolah kebangun karena mencret air. Jam 3 paginya, Kholid yang mulai berkeringat kebangun dan bertingkah aneh, tanda biasanya mereka mimpi buruk.
Alhamdulillah, esok paginya, suhu mereka mulai turun. Tapi, mereka mulai pup di celana. Bayangin, akunya juga lagi ngilu-ngilu meriang, abis begadangan, mesti bolak-balik ke kamar mandi. Nyebokin sama sikat-sikat celana bekas pup air mereka.
Pagi itu, Abang udah sibuk kupas-kupas jahe, kencur, kunyit buat bikin jamu. Alhamdulillah sudah banyak kencur yang dikupas Abang. Aku minta bbrp kencur karena ingin cepat jadiin kencur ini untuk obat untuk kondisi perut si kembar.
Parut, tambahkan air sedikit, kemudian peras. Memang dapatnya sedikit. Gpp insyaAllah.
Biasanya, kalau untuk obat batuk, aku minumin 1sdt-1sdm. Tapi karena kmrn ga nakar-nakar kencurnya dan nambah airnya juga ngira-ngira, jadinya tiap anak aku kasih 2-3 sdm.
Alhamdulillah, setelah minum ini, mereka ga pup di celana lagi dan bisa istirahat. Aku juga bisa istirahat alhamdulillah .
Bulan Desember-Januari kemarin, masa-masa ditinggal mudik sepupu suami yang bantu di rumah. Bertepatan dengan berbagai ujian yang menimpa, sakit beruntun macam-macam jenisnya. Niat hati, pinginnya gak ada pekerjaan yang bertumpuk. Rencana bubar total dari pekan pertama. Insya Allah cerita tentang ini menyusul. Alhamdulillah sebenarnya malah udah aku ketik duluan. Tapi karena lagi pingin bahas yang ringan-ringan, jadi aku pingin bahas ini dulu :).
Saat membahas tentang tips memperdengarkan Al-Qur’an untuk anak-anak untuk memudahkan proses menghafal, beberapa kali aku mendapat pertanyaan terkait dengan ayat 204 di surat Al-A’raf.
Artinya: Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.
Pertanyaannya, gimana kalau anak main, apa tetap distel? Bukannya nanti berarti gak mendengarkan baik-baik? Untuk menjawab pertanyaan ini, biasanya aku memberi jawaban umum yang intinya, kalau ragu ya gpp silakan gak pakai cara ini.
Aku khawatir kalau aku memberi jawaban, sifat jawabanya tetap akan tetap kurang kuat dan terkesan jadi pembenaran. Karena cara ini pun bukan aku sendiri yang memulai. Tapi mengikuti cara yang telah dilakukan sebagaimana telah aku jelaskan di tulisan pertama tentang ini, judulnya: Tips Cara Memperdengarkan Al-Qur’an; Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur’an (Dengan Speaker)
Bukan sebuah rekaman yang super rapi. Tapi, kenyataannya, kadang pas setoran hafalan seperti ini ya.
Ini lagi setoran hafalan baru. Insya Allah untuk membantu menggambarkan realita gimana praktek hafalan buat anak-anak.
Dari rekaman ini, aku juga dapat poin bahasan tentang hafalan baru. Yaitu tentang momen cek dan setoran hafalan baru yang sudah dihafal. Ini bisa aja bebas kapan aja, gak mesti duduk. Apalagi kalau surat-suratnya masih pendek-pendek juz 30 bagian belakang.
Tapi untuk NAMBAH ayat baru, seperti pernah aku share di salah satu postingan ya. Mereka duduk dan lihat Al-Qur’an. Karena ayatnya sudah model ayat yang kompleks. Plus suratnya juga panjang.
Ziyad suka olahraga alhamdulillah. Setelah Ziyad beralih ke sepeda yang lebih besar, Abang beberapa kali mengajak bersepeda jauh dengan Ziyad dan Thoriq, Abang sempat mengira Ziyad kurang kuat untuk bersepeda jauh karena dia biasanya segera ingin pulang. Kadang dia juga kelihatan kurang bersemangat saat diajak bersepeda bersama.
Waktu itu, memang sepeda yang tadinya buat dia, dialihkan jadi sepeda yang dipakai Abang untuk bersepeda bersama. Ukuran sepedanya lebih cocok untuk dipasang boncengan di depan dan di belakang. Sedangkan Ziyad, pakai sepeda yang juga Abang beli tapi ukurannya lebih kecil. Waktu beli sepeda yang ini, aku juga heran kenapa Abang beli ini – yang tadinya diniatkan buat Abang pakai. Karena menurut aku, ukurannya agak nangggung.
Alhamdulillah, hari ini terasa lebih damai dari biasanya. Materi anak-anak alhamdulillah juga tercapai juga dengan damai. Mungkin juga karena aku belum ngajarin materi baru (Matematika). Tapi aku mau catat tentang hari ini. Karena siapa tahu dengan pola hari ini, hari-hari dan materi insya Allah bisa tercapai dengan tenang dan gak kerasa buru-buru atau terasa hectic.
Aku masak lauk ringan siang. Sudah ada kue dan roti bikinan aku kemarin. Kembar udah aku mandiin. Aku udah mandi duluan juga, jadi kerasa lebih segar.
Setelah makan siang udah sempat minum kopi dan ngobrol sama Abang di teras. Aku masih sempat review satu kerjaan sama tim. Alhamdulillah bisa aku cek lewat hp. Jadi, sambil ngopi sambil review dan bahas kerjaan.
Masih belum tahu caranya menghilangkan rindu secara cepat. Rasanya aku masih ingin melalui waktu bersama dengan tenang. Tapi, ternyata aku sudah harus terburu menyiapkan keberangkatan Ziyad ke pondok.
Yang ada, ketika Abang dan Ziyad berangkat, tinggal lelah yang terasa. Baru kemudian malamnya aku menangis tersedu-sedu – sendirian – karena baru menyadari bahwa rinduku belum sembuh.
Alhamdulillah, terwujud juga bikin Kue Ku. Mikir-mikir, gak harus pakai cetakan juga insya Allah. Seperti kalau bikin kue Boyo, ternyata sebenarnya itu bentuk lain dari kue Putri Mandi, Bugis Mandi atau bahkan Badak Mandi. Cuma beda bentuk aja, tapi sebenarnya isi dan sekitarnya sama.
Ya udah, eksekusi. Alhamdulillah emang udah stok kacang ijo kupas entah dari berapa bulan yang lalu. Aku taruh kulkas biar gak berkutu. Karena memang niat bikin kue tradisional berbahan dasar ini. Yang terwujud ternyata kue Ku dan berlanjut kue Onde-onde juga alhamdulillah.
Ini gabungan 3 resep. Tapi aku gak usah ceritain proses liku-liku menyatukan semua resep ini ya hehe. Intinya, aku sampai di kesimpulan biar adonan kulitnnya gak over sugar. Karena di adonan isi juga udah ada gula.
Banyak yang mau diceritain dari setiap anak. Apalagi 2 tahun ini peralihan masing-masing anak dari satu tahap kehidupan ke kehidupan lain terjadi di saat pandemi.
Mau cerita tentang Luma, dari sisi dia sebagai satu-satunya anak perempuan di rumah.
Di suatu makan siang, kami lagi ngobrolin tentang hafalan dia dan tes yang sedah dilalui. Sampai akhirnya dia nanya ke aku,
“Ummi, udah hafal juz x belum?”
“Belum,” aku jawab.
Tapi, terus mikir sejenak dan baru nyadar lagi ngafalin surat apa dan itu juz berapa.
“Eh. udah ding. Ummi baru 4 halaman juz x. Ummi mau mulai halaman ke-5 lagi nguatin dulu yang 4 halaman. Hukum semua soalnya isinya. ” aku ralat jawaban sebelumnya.
“Hafalin aja dulu, Mi sampai 5 halaman. Baru nanti nguatin,” kata Ziyad.
Beberapa waktu lalu, nyoba panggang ubi. Biasanya dulu-dulu kalau gak dikukus, dikolak.
Awalnya nyoba ubi utuh dipanggang. Lebih praktis dan tahunya kalau yang dijual kan juga utuh-utuh gitu ya. Sempat kepikiran itu wajib apa gimana panggang ubi utuh begitu hehehe. Tapi mungkin karena versi dijual ya. Karena kalau udah dipanggang, insya Allah bisa tahan gak cepat basi.