Masih nyambung dengan bahasan jalankan prioritas sama saja dengan menjalankan amanah.
Walau kemarin bahasannya lebih banyak ke ibu-ibu, tapi sebenarnya usaha menjalankan prioritas yang berarti menjalankan amanah ini berlaku untuk semua orang.
Termasuk anak-anak.
Biasanya, saat keluar bersama di waktu weekend, aku kebagian memboncengi Ziyad dan Handzolah.
Obrolan biasa terjadi saat kami berada di perjalanan.
Salah satunya ya pesan tentang menjalankan prioritas ini.
Pesan Ummi:
Ziyad, Ziyad itu sudah dapat nikmat banyak. Bisa sekolah di situ. Alhamdulillah dapat guru yang insya Allah baik. Teman-teman yang baik. Bisa pulang Sabtu Ahad. Alhamdulillah Allah mudahkan Abi dan Ummi untuk bisa bayar biaya di pondok.
Semua fasilitas sudah ada buat Ziyad.
Tugas Ziyad cuma menghafal AL-Qur’an
Tolong jalanin tugas itu sebaik-baiknya.
Prioritas Ziyad ya menghafal Al-Qur’an.
Ziyad gak perlu cari-cari kesibukan-kesibukan lainnya.
Coba bayangin, ada orang sudah dapat fasilitas macam-macam, kemudian ketika dia diminta untuk menjalankan kewajibannya dengan fasilitas itu, dia merasa berat dan malah mencari kesibukan lainnya.
Itu gimana?
Aneh gak?
Itu hubungan antar manusia. Makanya jangan heran kalau Allah sudah kasih nikmat, tapi ga bersyukur. Kemungkinan nikmat itu akan Allah cabut. Na’udzu billah min dzalik.
Jadi menjalankan prioritas itu sebenarnya ya berarti bagian dari wujud rasa syukur.
Ziyad udah melihat sendiri bahkan yang sudah ada di pondok, ternyata Allah bisa cabut nikmat tersebut. Ternyata dia gak ada di pondok itu lagi. Gak bisa dapat guru lagi. Gak bisa bertemu dengan teman-teman yang insya Allah baik.
Jadi jangan merasa aman.
Kalau Ziyad mau cari kesibukan lain, itu nanti. Setelah Ziyad menjalankan prioritas dengan baik.
—
Tentu saja percakapan aslinya terjadi dua arah. Dia paham dengan apa yang aku maksud.
Jadi, yuk bersyukur dengan menjalankan apa yang menjadi tugas utama kita saat ini sebaik-baiknya.
Seringkali aku dapat pertanyaan bagimana aku bagi waktu sehari-hari. Ada juga yang tanya spesifik banget, sampai minta dijelasin kegiatan dari pagi sampai malam gimana.
Ini sesuatu yang sebenarnya gak bisa aku jawab spesifik karena tiap hari kejadiannya kan juga beda-beda. Yang jelas, yang bikin beda itu ya segala macam hal yang terkait dengan kehidupan. Tapi ada yang sifatnya rutinitas seperti masak, mandiin anak, nyuapin. Ada juga yang kemudian aku tentukan sebagai hal yang jadi prioritas yang dalam satu hari itu harus terpenuhi. Gimana ngaturnya, itu yang kemudian kita minta pertolongan Allah untuk bisa melaksanakan semuanya.
Surat ini adalah yang akan dibaca seseorang sepanjang hidupnya insya Allah. Minimal 17 kali dalam sehari, yaitu dalam sholat-sholat wajib.
2 kali saat sholat Subuh
4 kali saat sholat Dzuhur
4 kali saat sholat Ashar
3 kali saat sholat Maghrib
4 kali saat sholat Isya
Bayangkan jika – dengan izin Allah -, anak bisa membaca surat ini melalui hasil didikan orang tua. Maka semoga ini termasuk amal yang tak terputus ketika sang orang tua telah meninggal karena menjadi ilmu yang bermanfaat yang diamalkan.
Penerapan dari “rumus kehidupan” yang sudah aku tulis sebelumnya pada kenyataannya gak mudah.
Kita sering kali terseret sama hiruk pikuk dunia. Terseret agar ikut tervisualisasi dengan prototipe bahagia yang dibentuk oleh…segelintir orang atau media.
Masih berkaitan dengan tulisan yang lalu, kegiatan belajar bersama anak usia pra sekolah sebenarnya masih ringan.
Kalau ada yang merasa masih ragu-ragu untuk memilih sekolah atau homeschooling, masa-masa ini malah masa yang bagus untuk latihan.
Usia ini belum ada tuntutan ijazah atau semacam itu. Orang tua atau keluarga di sekitar juga belum banyak yang mempertanyakan hal-hal yang berbau sekolah atau prestasi akademik.
Sebenarnya godaan terbesar biasanya justru dari orang tua itu sendiri. Godaan biar anak sosialisasi. Godaan supaya lebih ringan tugas di rumah karena anak sudah ke sekolah. Godaan ini dan itu.
Sebelah kanan, syaikh Ukkasyah. Beliau yang juga mendidik Hamzah yang dulu menang juara 2 pas lomba Al-Qur’an di Dubai dan ust Abdurrohim juara 4. Sebelah kiri itu bapaknya Aisha. Disubscribe deh channelnya. Bagus-bagus isinya masya Allah.
Entah kenapa aku jatuh cinta banget dari awal lihat video ini dan jadi pingin banget ngafalin ini. Abang kasih lihat ke aku pas malam pertama dan akhirnya aku lihat terus di malam-malam lainnya selama kami di Jakarta.
Kemarin terjadi diskusi yang cukup alot sama Abang.
Tambah alot terutama karena diskusi terjadi di siang hari, dimana aku lagi berusaha masak ngejar target makan siang, aku sendiri udah mulai lapar, plus belum qoilulah dari pagi haha.
Kami lagi bahas tentang suatu hal berkaitan sama modal yang mesti dikeluarkan tiap bulan untuk usaha poster LumaLumi.
Untuk yang tinggal di daerah Jogja utara, dan merasa main di Graha Sabha itu kejauhan, sedangkan main di Degung itu terlalu ramai, tempat main yang satu ini bisa jadi alternatif banget insya Allah.
Aku suka brownies dan kue lainnya yang berbau coklat. Tapi jaraang sekali bikin brownies sendiri. Walau begitu, di rumah hampir selalu sedia coklat batangan. Yang namanya kue tuh kan ada aja saat-saat butuh coklat ya. Sampai akhirnya kemarin didorong-dorong si kembar untuk bikin kue, bikin kue, bikin kue. Kok ya kepikiran pingin banget bikin brownies. Padahal sebenarnya agak lebih ribet dibandingkan bolu yang cuma tinggal timbang dan tuang :D.
Dipilihlah resep Ibu Malka di Cookpad. Hasilnya sesuai harapan banget alhamdulillah. Padat, kokoh, crispy outside dan chewy inside, hasilnya juga shiny crust, huhui. Ngunyahnya pas. Jadi, mari dicatat sebelum kelupaan.
Resep asli yang digunakan sebenarnya menyertakan baking powder dan soda kue. Aku memilih tidak menggunakannya. Sama seperti Ibu Malka. Karena khawatir hasilnya terdistraksi dengan baking powder dan soda kue. Bahkan jika tidak tepat penggunaan malah bikin rasa anyep dan pahit.
Resep yang aku catat di sini sudah disesuaikan dengan bahan yang ada di rumah (di beri catatan tambahan dari resep asli). Misalnya, di resep asli menggunakan gula palem, namun di rumah adanya gula merah. Alhamdulillah hasilnya tetap enak dan cita rasa coklatnya tetap kuat.
Bahan Brownies Shiny Crust:
3 butir telur
200 gr gula pasir (aku 125-150gr, kalau 2x resep, jadinya malah bisa cuma 200gr aja)
125 gr gula palem (aku 100gr)
aku pakai gula merah diiris-iris sampai cenderung halus sehingga mudah tercampur saat dimixer.
1-2 sdt vanila bubuk
200 gr tepung serbaguna
25 gr coklat bubuk
untuk warna yang lebih gelap bisa pakai merk bensdorp
warna coklat bubuk van houten lebih muda daripada bensdorp.
100 gr coklat blok, lelehkan (aku pakai merk Collata DCC)
Langkah-langkahnya aku sesuaikan supaya lebih enak secara penyiapan dan proses pembuatannya. Tidak loncat-loncat. Tahap awal persiapan.
Tahap Persiapan
Cairkan coklat blok 100gr sambil siapkan minyak 115ml.
Timbang gula pasir 125gr (atau 150gr) dan iris-iris gula merah 100gr (atau 125gr).
Timbang tepung 200gr dan coklat bubuk 25gr. Campur dan ayak.
Siapkan minyak goreng 115ml.
Siapkan loyang dengan alas kertas roti 22 x 22 x 5. Diolesin minyak + margarin+ terigu juga bisa insyaAllah.
Tahap pencampuran
Pecahkan telur 3 buah di wadah.
Kocok telor, gula pasir, gula palem (aku pernah gula merah) dan vanili dengan kecepatan rendah sekitar 2-3 menit. Kocok dengan arah tidak memutar supaya hasilnya tidak mengembang seperti membuat bolu. Artinya, disarankan tidak menggunakan stand mixer supaya bisa membolak-balik wadah saat dikocok.
Masukkan campuran tepung dan coklat bubuk. Aduk dengan spatula sampai rata.
Masukkan coklat leleh. Sisakan 2 sdm untuk membuat guratan. Aduk rata.
Masukkan minyak goreng dan chocochips. Sisakan secukupnya chochochip untuk topping. Aduk rata.
Panaskan oven supaya saat adonan siap dituang ke loyang, oven sudah panas.
Tuang ke dalam loyang 20 x 20 x 5 (cm) yang telah dialasi kertas roti. Kalau ga ada, diolesi minyak, alhamdulillah tetap ga lengket.
Tuang sisa coklat leleh dan bentuk seperti aliran sungai. Taburi sisa chochochips
Panggang di suhu 190’C selama 20 menit. Kemudian turunkan suhu menjadi 150’C. Kemudian panggang lagi selama 15-20 menit.
Selesai.
Alhamdulillah, jadilah brownies yang padat dan menggiurkan. Dipotong kecil-kecil dan disimpan di kulkas. Cocok sekali dimakan bersama kopi pahit.
Semoga resep kue brownies sungai coklat ini bermanfaat ya.
Sebagaimana telah disebutkan di artikel sebelumnya dengan judul “Mindset Mendidik Anak”, kegiatan belajar anak dan orang tua dalam praktek homeschooling bukanlah sekedar kegiatan mengajar (menyampaikan isi buku ke anak).
Untuk mudahnya, saya gunakan pembagian waktu homescooling yang terdapat dalam artikel “One Hour Homeschooling”.
Formal teaching/instruction, yaitu kegiatan kita mengajar anak.
Learning opportunities atau kesempatan belajar anak.
Kalau dengan bahasa mudahnya; kegiatan belajar anak di rumah adalah: kegiatan belajar pelajaran sekolah dan kegiatan belajar lainnya di luar pelajaran sekolah.
Lama Seperti di Sekolah?
Yang suka bikin maju mundur buat ngejalanin homeschooling adalah orang tua mengira formal teaching akan berlangsung berjam-jam/seharian seperti layaknya di sekolah.
Kalau seperti itu, homeschooling seperti jadi sesuatu yang mustahil dilakukan.
Padahal pada praktiknya, kegiatan formal teaching tuh sebentar. Jika ditotal, kegiatan belajar dua pelajaran yang dilakukan bersama orang tua sebenarnya hanya berlangsung 1/2-1 jam . Sisanya adalah anak belajar mandiri. Insya Allah akan lebih jelas di tulisan berikutnya tentang praktek kegiatan belajar anak SD.
Kok Sebentar?
Sebaliknya, yang baru melakukan homeschooling malah juga mikir. Ini kok anak belajar sebentar banget. Belajar gak sih? Terus dia mesti belajar apa lagi yah. Ini karena di pikiran orang tua, belajar masih terkait kegiatan baca buku, ngerjain soal dan hal-hal yang dilakukan di balik meja.
Padahal, sisa waktu di luar belajar pelajaran sekolah adalah kesempatan yang sangat besar untuk belajar hal lain . Bahkan dari hal-hal kecil. Semisal bantu ibu belanja ke warung, jaga adik, bercakap-cakap dengan ayah dan ibu.
Karena setiap hal yang terjadi bisa mengandung unsur pendidikan. Pendidikan yang ternyata akan bermanfaat dalam praktik kehidupannya.
Waktu yang Bermanfaat
Jangan khawatir. Kegiatan belajar homeschooling tidak sama dengan di sekolah insya Allah.
Dengan waktu luang yang lebih besar, ada hal yang perlu diwaspadai orang tua. Bukan berarti anak sibuk dicarikan kegiatan ini dan itu demi ketenangan hati dan prasangka bahwa mereka harus “sibuk” belajar sesuatu. Bahkan kadang karena kesibukan mengantar anak kegiatan ini itu dengan harapan mereka “sibuk” belajar sesuatu, waktu kita habis di jalan.
Fokus adalah hal yang seringkali dilupakan orang tua dalam pendidikan. Padahal fokus akan sangat bermanfaat dalam kehidupan.
Dalam hal ini, waktu luang dan tenaga anak bisa disalurkan untuk fokus pada kegiatan yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya insya Allah, yaitu Al-Qur’an. Orang tua pun bisa ikut mendapatkan berkah dengan terlibat dalam mendidik anak Al-Qur’an.
Coba praktikkan dan insya Allah Anda akan merasakan sendiri hasilnya dalam kehidupan.
Tiga Pembagian Waktu Kegiatan Homeschooling
Maka saya tambahkan pembagian waktu dalam homeschooling menjadi tiga, yaitu
Belajar Al-Qur’an,
Belajar pelajaran sekolah,
Belajar hal lainnya yang bermanfaat untuk kehidupan insya Allah.
Gimana dengan anak-anak yang masih usia pra SD? Insya Allah akan dibahas di tulisan selanjutnya.
Semoga penjelasan tentang pembagian waktu kegiatan homeschooling ini bermanfaat.